analyticstracking.php

bisnis online

Friday 20 March 2020

Bagaimana Kelola Keuangan dalam Kondisi saat ini?

URS :

Assalamu'alaikum...

Pagi ini kita belajar dari tulisan guru bisnis Saya, *Kang Riza Zacharias*.

Pengusaha Muslim. Owner Sygma. Syaamil Quran.

Arahan yang jujur, aplikatif, masuk akal.

*****

Bagaimana Kelola Keuangan dalam Kondisi saat ini?

A’udzubillahi minasysyaithanirrajim
Bismillahirrahmanirrahim

#AncamanKrisis
#AncamanCovid19

Bagi awam, terlalu sulit membaca keseluruhan indikator ekonomi makro Indonesia saat ini.
Apa yang sedang terjadi?
Apa yang akan terjadi?

Pergerakan dollar yang amat sangat cepat adalah indikator yang paling mudah kita baca.
Bergeraknya dollar ke atas, dipengaruhi sangat banyak faktor.
Isu politik, isu keamanan, isu wabah  (dalam negeri maupun luar negeri), dll.

Semua itu akan selalu ada sepanjang negara tersebut ada. Sebab, sistem moneter dunia dibuat saling terkait satu sama lain. Kita “wajib” ikut policy ini, dimana currency yang diakui dunia sebagai standar ukuran & transaksi antar negara adalah US dollar.
Jangan tanya mengapa bisa begitu. Sangat panjang ceritanya.
😅

Jika issu atau krisis terjadi di sebuah negara, namun negara tersebut sangat sehat, maka relatif aman saja. Meskipun “menyedot” banyak effort dan bahkan kekayaannya, negara tersebut akan survive.

Biasanya indikatornya ada pada pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa negara.
Ini saya sebut sebagai daya “imunitas” (negara memiliki ketahanan yang “sehat”).
Dia akan mampu “bertahan” dari serangan bertubi yang datang.
Ibarat main badminton, meski di smash berkali-kali, tetap mampu mengembalikan smash dengan baik.
Daya tahannya tinggi, staminanya panjang.
Kayak China sekarang.
Luarbiasa situasinya, namun kekayaan  negaranya mampu men-supply pasokan bantuan bagi rakyatnya dan untuk atasi situasi kritis disana.

Namun, jika “serangan” itu menimpa negara yang “sakit” atau “miskin”, maka ini bisa menjadi “ancaman” yang tidak sederhana.
Kondisi Indonesia, sayangnya tidak baik-baik saja.
Ekonominya sakit, negara kita lemah ketahanan pangan pun nyaris lemah di semua aspeknya.
Hutang yang sangat besar ;
bayangkan Indonesia berhutang dalam US dollar saat  $ 1 = Rp 10.000,- beberapa tahun lalu, trus dipakai untuk biayai infrastruktur dalam rupiah dengan penghasilan negara juga rupiah,
sementara sekarang  musti nyicil tagihan tetap dalam US $ dengan kurs $ 1 = Rp 16.500,-...😢😢
Itu kalau negara surplus menghasilkan (ekonomi tumbuh sehat), lha iniii??

Maka, sangat pantas jika negara sangat kesulitan menangkis “serangan” ini, dan akhirnya babak belurlah rupiah dihajar US dollar.

Lantas, apa yang mesti kita lakukan?

Kita, baik perorangan maupun pengusaha, dalam situasi seperti ini, sebaiknya mempersiapkan diri untuk mampu “bertahan sekuat mungkin”.
Iya benar, selalu ada peluang bagi sebagian kita dalam situasi seperti ini.

Bahkan mungkin akan ada atau banyak OKB (Orang Kaya Baru) nantinya, mereka yang aktivitasnya  terhubung dengan SOLUSI SITUASI DARURAT.
Yang produknya atau jasanya menjadi amat sangat dibutuhkan masyarakat di situasi genting ini.
Kita sudah tahu dan melihat sendiri, produk apa yang saat ini sangat sulit didapat sebab berebutan? 😅

Maka, bagi yang tidak atau belum mendapatkan kesempatan dapatkan celah solusi dalam situasi seperti ini, haruslah bersiap untuk mengelola hal yang paling mendasar:  bagaimana agar
-SMART MENGELOLA CASH-

Ini seperti ambil pelajaran dari kisah Nabi Yusuf, yang bersiap hadapi resiko “paceklik” panjang.

Bagi perusahaan (kurang lebih sama bagi rumah tangga), beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengelola cash, di antaranya:

1. Fokus pada hasilkan dan kumpulkan Cash

Jika kondisi normal, perusahaan akan fokus pada semua indikator keuangan. Kondisi laba-rugi, neraca dan arus kas.
Semua seimbang diperhatikan.
Namun jika situasi tidak normal seperti saat ini, perusahaan harus mengubah fokus perhatiannya ke hal yang paling fundamental. Setidaknya dalam periode krisis.

Maka, tengoklah neraca:
- saat ada aset yang “dorman”, jual saja. Meski harga modal. Meski “agak rugi”.
- lihat persediaan, ubah jadi cash secepatnya.
- lihat piutang, ubah jadi cash secepatnya.
- stop investasi, atau hanya investasi pada yang jelas akan dongkrak sales, atau pada investasi tingkatkan produktivitas dengan tajam, atau investasi pada peluang solusi terbaik.

Laba-rugi:
- siapkan rencana terbaik, tetap hasilkan laba normal
- jika tidak mungkin, lebih baik skenariokan “nggak apa-apa” rugi sejenak, nanti saat sudah normal genjot lagi untuk “kompensasi” yang saat ini
- arahkan kebijakan untuk ‘tidak harus laba ideal atau bahkan tidak harus laba dulu sementara.

Arus kas:
- optimal kan modal kerja pada perputaran tercepat, jangan yang panjang.
- jangan pernah berhutang modal kerja jika tak ada proyeksi lipatgandakan produktivitas.
- jika perlu hutang modal, jangan pernah ambil modal berbasis bunga. Haramnya jelas, resikonya disaat ini terlalu riskan.
- jika harus ambil hutang modal kerja, pastikan yang syariah dan proyeksikan dengan skenario tengah, atau bahkan bawah.

2. Kurangi Biaya-biaya

Istilahnya, “puasa” dulu. Irit-irit lah dalam biaya hidup sehari-hari.
Biaya operasional dalam hal ini, menjadi perhatian utama.

Contoh, misalnya biaya perjalanan, biaya konsumsi, listrik, telpon, tahan atau hentikan sementara rekrutmen karyawan, hilangkan biaya entertaintment dan pelatihan, dll. Setiap bisnis bisa jadi ada perbedaan.

Fokus pada biaya-biaya yang paling mendasar yang diperlukan untuk operasional dan menghasilkan pendapatan (revenue).

3. Upayakan untuk ubah “ Biaya Tetap” menjadi  “Biaya Variabel”

Misal,
- biaya pemrograman IT, jika ada pilihan aman dan hasil terjamin, lebih baik pilih outsourcing daripada rekrut karyawan programmer.
- jika perlu kendaraan operasional, meski mampu beli, lebih baik sewa sementara waktu daripada beli.
- jika perlu tenaga kerja tambahan, lebih baik outsourcing dahulu daripada merekrut baru.
- dll

4. Tunda Keinginan, fokus pada Kebutuhan

Ingin beli mobil mewah meski punya uangnya, ingin beli rumah mewah meski punya uangnya, ingin ini itu, sepanjang bukan “kebutuhan”, TUNDA.
Beda kan WANT dengan NEED. 
Lebih baik siapkan agar menjadi orang yang MAMPU PUNYA UANG LEBIH, untuk TABUNGAN ABADI (nanti saya jelaskan lebih lanjut).

5. Jika terpaksa dan kena masalah cash, negosiasikan schedule pembayaran hutang..

Jika kondisi bisnis terpengaruh sehingga cashflow megap-megap, sampaikan  dengan jujur mengenai keadaan Anda kepada supplier, lalu lakukan negosiasi pembayaran yang mampu dijalankan.
Tapi jika mampu, tetap tunaikan kewajiban (jangan pura-pura tidak mampu sebab malah bisa beneran tidak mampu).

6. Jika memungkinkan, Anda bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

- Fokus pada pelanggan yang mau pre-order (pesan dan bayar dahulu) sebelum memulai produksi.
- Hindari yang ambil barang dengan tempo, apalagi temponya panjang.
- Hentikan dahulu produk yang cicle penjualannya panjang.
- Jangan ambil proyek yang term pembayannya panjang.

7. Lepaskan dahulu mitra penjual yang membayar dengan tempo panjang, kecuali bersedia sesuaikan cara bayar dengan kebijakan kita

8. Jadilah lebih kreatif lagi menyiapkan alternatif income /revenue. Berkolaborasilah dalam kebaikan bersama teman-teman seperjuangan, temukan gagasan revenue stream yang baru atau siapkan alternatif bisnis baru (jika terpaksa sebab bisnis eksisting terkena “lockdown”).
Siapkan plan A (normal teratasi), B (agak resiko-medium risk) dan C (yang terburuk).

Nah, semua di atas itu hanyalah ikhtiar manusiawi saja.
Kita sebagai muslim, wajib yakini bahwa Allah ta’ala takkan dzalim pada hambaNya.
Maka, keyakinan itu tak boleh goyah meski nalar menangkap resiko besar terkalkulasi. Aqidah tak boleh tercecer, justru mendekatlah pada Allah, pada Quran.
Quran adalah syifa. Obat.
Maka, jadikan momen ini hikmah agar kita makin dekat dengan Al Quran.
Work From Home, ancaman dkk ini jadikan pengingat dan peringatan agar kita kembali ke pangkuan Al Quran, pun agar jadi momen kita kembali tadabbur, membuka Sirah Nabi, mencari ibrah, keteladanan, i’tibar dari Rasulullah saw...

Itu sebab, poin nomer 4 di atas saya kapitalkan, bahwa dalam situasi seperti ini, seorang mukmin justru harus bersiap untuk memiliki TABUNGAN ABADI.

Apa maksudnya?

Begini..

Mulailah kembali untuk kita luruskan niat, minta perlindungan serta pertolongan hanya pada Allah saja, dari mara bahaya apapun.
Ikhtiar nya membumi, yakinnya melangit.
Tentu nya, kita wajib sangat keras dalam ikhtiar dan doa agar Allah berkenan mendampingi dan memampukan kita, untuk:

1. Memiliki tabungan dan kemampuan finansial yang baik, selamat dari resiko krisis.

2. Menyiapkan uang dan apa yang kita miliki untuk siap membantu saudara-saudara kita jika nanti membutuhkan.

3. Bersiap untuk Infak terbaik dalam situasi terburuk (jika ternyata terjadi). Infak terbaik adalah yang paling tepat dengan situasi yang paling dibutuhkan.

4. Bersiap untuk memiliki amunisi dalam kontribusi menopang ekonomi ummat saat nanti diperlukan. Jauh lebih baik lagi berjamaah bergandengan tangan.

5. Mampu bertahan atau malahan lebih baik lagi, agar InSyaAllah kita bersiap menampung sebanyak mungkin saudara kita yang membutuhkan kerja.

6. Mampu bersiap membantu keluarga, tetangga dan saudara-saudara sebanyak mungkin, bahkan siapa tahu negara kita tak mampu menangani situasi ini, dan justru rakyatnya yang diharap bisa berkontribusi.

7. Dan seterusnya..

Maka, janganlah kita lupa, bahwa tak ada yang sia-sia dalam semua penciptaanNya, tak ada yang sia-sia dalam segala hal ihwal kejadian. Pun dalam adanya covid19 ini.

Yakin, bersama kesulitan ada kemudahan.

Yakin, Allah takkan timpakan beban yang kita tak sanggup pikul.

Yakin, untuk jadikan sabar dan shalat sebagai penolong.

Yakin, bahwa boleh jadi ada hal yang wajib kita perbaiki dalam berkehidupan, ada ikhtiar ber’amal jama’i yang wajib kita upayakan.

Laa haula walaa quwwata illaa billah

Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’mannasiir..

Wal afwu minkum,

Riza Zacharias

#SyaamilGroup
#SyaamilQuran
#BackToSirahNabiMuhammadSAW

********

_Silahkan copaste dan forward tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga manfaat_

No comments:

Post a Comment