analyticstracking.php

Monday, 18 August 2014

Penelurusan Sejarah Pattimura yang ternyata seorang Muslim

Meluruskan sejarah Kapitan Ahmad
`Pattimura’ Lussy
Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama
Ahmad Lussy, tetapi di zaman ini dia
lebih dikenal dengan nama Thomas
Mattulessy yang identik Kristen.
Inilah Salah satu contoh deislamisasi
dan penghianatan kaum minoritas atas
sejarah pejuang Muslim di Maluku
dan/atau Indonesia pada umumnya.
Puncak kontroversi tentang siapa
Pattimura adalah penyebutan Ahmad
Lussy dengan nama Thomas
Mattulessy, dari nama seorang Muslim
menjadi seorang Kristen. Hebatnya,
masyarakat lebih percaya kepada
predikat Kristen itu, karena Maluku
sering diidentikkan dengan Kristen.
Pattimura adalah Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa
Maluku disebut Mat Lussy, lahir di
Hualoy, Seram Selatan (bukan
Saparua seperti yang dikenal dalam
sejarah versi pemerintah). Ia
bangsawan dari kerajaan Islam
Sahulau, yang saat itu diperintah
Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal
pula dengan sebutan Sultan Kasimillah
(Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam
bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Menurut sejarawan Ahmad Mansyur
Suryanegara, Pattimura adalah
seorang Muslim yang taat. Selain
keturunan bangsawan, ia juga seorang
ulama. Data sejarah menyebutkan
bahwa pada masa itu semua
pemimpin perang di kawasan Maluku
adalah bangsawan atau ulama, atau
keduanya.
Bandingkan dengan buku biografi
Pattimura versi pemerintah yang
pertama kali terbit. M Sapija menulis,
“Bahwa pahlawan Pattimura tergolong
turunan bangsawan dan berasal dari
Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang
bernama Antoni Mattulessy adalah
anak dari Kasimiliali Pattimura
Mattulessy. Yang terakhir ini adalah
putra raja Sahulau. Sahulau bukan
nama orang tetapi nama sebuah
negeri yang terletak dalam sebuah
teluk di Seram Selatan”.
Jadi asal nama Thomas Mattulessy
dalam buku sejarah nasional adalah
karangan dari Sapija. Sebenarnya
Mattulessy bukanlah marga melainkan
nama, yaitu Ahmad Lussy (Mat Lussy).
Dan nama Thomas Mattulessy
sebenarnya tidak pernah ada di dalam
sejarah perjuangan rakyat Maluku
(yang ada adalah Mat Lussy).
Mansyur Suryanegara berpendapat
bahwa Pattimura itu marga yang
masih ada sampai sekarang. Dan
semua orang yang bermarga Pattimura
sekarang ini beragama Islam. Orang-
orang tersebut mengaku ikut agama
nenek moyang mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas
kerajaan-kerajaan di Maluku adalah
kerajaan Islam. Di antaranya adalah
kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo.
Begitu banyaknya kerajaan sehingga
orang Arab menyebut kawasan ini
dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-
raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan
nama Maluku.
Mansyur pun tidak sependapat dengan
Maluku dan Ambon yang sampai kini
diidentikkan dengan Kristen. Penulis
buku Menemukan Sejarah (yang
menjadi best seller) ini mengatakan,
“Kalau dibilang Ambon itu lebih
banyak Kristen, lihat saja dari udara
(dari pesawat), banyak masjid atau
banyak gereja. Kenyataannya, lebih
banyak menara masjid daripada
gereja.”
Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
“Pattimura”
Perlawanan rakyat Maluku terhadap
pemerintahan kolonial Hindia Belanda
disebabkan beberapa hal. Pertama,
adanya kekhawatiran dan kecemasan
rakyat akan timbulnya kembali
kekejaman pemerintah seperti yang
pernah dilakukan pada masa
pemerintahan VOC (Verenigde Oost
Indische Compagnie). Kedua, Belanda
menjalankan praktik-praktik lama yang
dijalankan VOC, yaitu monopoli
perdagangan dan pelayaran Hongi.
Pelayaran Hongi adalah polisi laut
yang membabat pertanian hasil bumi
yang tidak mau menjual kepada
Belanda. Ketiga, rakyat dibebani
berbagai kewajiban berat, seperti
kewajiban kerja, penyerahan ikan asin,
dendeng, dan kopi.
Akibat penderitaan itu maka rakyat
Maluku bangkit mengangkat senjata.
Pada tahun 1817, perlawanan itu
dikomandani oleh Kapitan Ahmad
Lussy. Rakyat berhasil merebut
Benteng Duurstede di Saparua.
Bahkan residennya yang bernama Van
den Bergh terbunuh. Perlawanan
meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-
tempat lainnya.
Berulangkali Belanda mengerahkan
pasukan untuk menumpas perlawanan
rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula
Belanda mendapat pukulan berat.
Karena itu Belanda meminta bantuan
dari pasukan yang ada di Jakarta.
Keadaan jadi berbalik, Belanda
semakin kuat dan perlawanan rakyat
Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad
Lussy dan kawan-kawan tertangkap
Belanda. Pada tanggal 16 Desember
1817 Ahmad Lussy beserta kawan-
kawannya menjalani hukuman mati di
tiang gantungan.
Nama Pattimura sampai saat ini tetap
harum. Namun nama Thomas
Mattulessy lebih dikenal daripada
Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut
Mansyur Suryanegara, memang ada
upaya-upaya deislamisasi dalam
penulisan sejarah. Ini mirip dengan
apa yang terjadi terhadap Wong Fei
Hung di Cina. Pemerintah nasionalis-
komunis Cina berusaha menutupi
keislaman Wong Fei Hung, seorang
Muslim yang penuh izzah (harga diri)
sehingga tidak menerima hinaan dari
orang Barat. Dalam film Once Upon A
Time in China, tokoh kharismatik ini
diperankan aktor ternama Jet Li.
Demikianlah pelurusan sejarah
Pattimura yang sebenarnya bernama
Kapitan Ahmad Lussy atau Mat Lussy.

No comments:

Post a Comment