analyticstracking.php

bisnis online

Thursday 8 May 2014

Renungan Hadist | Mengingat ALLAH, Surga, dan Neraka


Imam Muslim meriwayatkan sebuah
hadits yang bersumber dari seorang
shahabat yang bernama Hanzholah
Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu, dia
adalah seorang juru tulis Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
(Hanzholah) berkata, “Abu Bakar
datang menemuiku, lalu bertanya,
“Bagaimana keadaanmu wahai
Hanzholah?” Dia (Hanzholah )
berkata, “Saya mengatakan,
“Hanzholah telah “munafik”. Abu
Bakar berkata, “Subhanallah! Apa
yang engkau ucapkan (wahai
Hanzholah)?” Dia (Hanzholah)
berkata, “Saya mengatakan, “Ketika
kita bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau
mengingatkan kita tentang surga
dan neraka, maka seolah-olah kita
melihatnya, namun tatkala kita
keluar dari majlisnya, berkumpul
dengan isteri-isteri dan anak-anak,
serta disibukkan dengan hal-hal
lainnya, maka kita lupa banyak
hal.” (Lupa surga, lupa neraka, lupa
mengingat Allah, pentj). Abu Bakar
berkata, “Demi Allah kami juga
mengalami hal yang sama seperti
itu.” Maka saya dan Abu Bakar
keluar untuk menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
saya berkata, “Wahai Rasulullah,
Hanzholah telah “munafik”!
(Mendengar hal itu) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam,
berkata, “Ada apa?” Saya pun
mengatakan, “Wahai Rasulullah,
tatkala kami ada bersamamu,
engkau mengingatkan kami tentang
surga dan neraka, maka seolah-
olah kami melihatnya, namun
tatkala kami keluar dari majlismu,
berkumpul dengan isteri-isteri dan
anak-anak serta disibukkan dengan
hal-hal lainnya, maka kami lupa
banyak hal.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam,
bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku
berada dalam genggaman-Nya, jika
kalian senantiasa dalam kondisi
seperti berada di sisiku yaitu selalu
berzikir (ingat Allah), maka
sungguh para malaikat menyalami
kalian, walau kalian berada di atas
alas tidur (berada di rumah, pentj.),
atau sedang berada di jalan-jalan
(berada di luar rumah, pentj.) Akan
tetapi wahai Hanzholah, sesaat dan
sesaat, beliau mengulangi tiga
kali.”
Hikmah yang terkandung dalam
hadits yang mulia di atas ada
beberapa hal:
1. Penjelasan tentang keutamaan
salah seorang shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang
bernama: Hanzholah Al-Usaiydi
radhiyallahu ‘anhu.
2. Di antara keutamaannya adalah
beliau sangat khawatir jatuh pada
perbuatan dosa-dosa yang dalam
hadits ini dia khawatir terjerumus
kepada perbuatan munafik, dan di
antara contoh kemunafikan: bicara
dusta, tidak tepat janji, tidak
amanah, tidak konsisten, tidak
sejalan antara ucapan dan
perbuatan, dan lain-lainnya.
3. Diperbolehkannya seseorang
untuk mencela, memecut, dan
meng-hukum dirinya sendiri karena
melakukan suatu perbuatan khilaf,
agar kekurangan dirinya sendiri
bisa segera dia perbaiki,
sebagaimana Hanzholah
radhiyallahu ‘anhu menyebut
dirinya seorang munafik, tatkala dia
merasa ada sesuatu yang kurang
pada dirinya, sedangkan dia
sangatlah jauh dari sifat
kemunafikan. Mencela diri sendiri
sangat dianjurkan agar diri kita
semakin mendekat kepada Allah
subhanahu wata’ala.
Celalah diri kita, mengapa tidak
bisa khusyu’ dalam sholat,
sedangkan Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,
“Sungguh beruntung orang-orang
yang beriman, yaitu orang-orang
yang khusyu’ dalam sholatnya.”
Celalah diri kita, mengapa tidak
takut kepada neraka, sedangkan Al-
Qur`an menuturkan (arti: takutlah
kalian kepada api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia
dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang yang kafir)
Celalah diri kita, mengapa tidak
tamak kepada akhirat dan surga,
sedangkan Al-Qur`an mengingatkan
kita, artinya, “Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah
kepada-mu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain)
sebagai-mana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguh-nya Allah tidak
menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS. Al-
Qashash: 77)
Celalah diri kita, mengapa justru
tamak kepada dunia yang akan
menyengsarakan kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak
bisa menangisi dosa-dosa dan
perbuatan maksiat yang kita
lakukan. Muadz Bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Wahai Rasulullah apa
itu keselamatan?” Beliau menjawab,
“Kesalamatan ada pada tiga hal:
Pertama: tahan/jagalah lisanmu; Ke
dua: betahlah engkau di rumah; Ke
tiga: tangisilah kesalahanmu.”
Celalah diri kita, mengapa tidak
punya waktu untuk berzikir kepada
Allah, sedangkan Allah subhanahu
wata’ala akan mengingat kita,
tatkala kita ingat kepada-Nya. Allah
subhanahu wata’ala berfirman,
artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku
maka Aku akan ingat kepada
kalian.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berpesan, “Jagalah
Allah, maka Allah akan
menjagamu.”
Celalah diri kita kenapa sedikit dan
tidak bisa banyak membaca Al-
Qur`an, bukankah Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Bacalah oleh
kalian Al-Qur`an karena ia akan
datang pada hari Kiamat untuk
memberikan syafa’at (kepada
pembacanya).”
Celalah diri kita, mengapa tidak
gemar berinfak dan bershadaqah,
sedangkan infak dan shadaqah
banyak sekali keutamaan dan
keajaibannya.
Celalah diri kita, mengapa tidak
bisa mengoptimalkan pemanfaatan
bulan suci Ramadhan kali ini
dengan baik dan justru hari-hari
bulan Ramadhan ini tiada perbaikan
yang berarti pada diri kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak
terenyuh melihat penderitaan para
fakir miskin. Celalah diri kita,
mengapa tidak peka terhadap anak
yatim yang menjadi tanggung
jawab kita bersama.
Celalah diri kita, Celalah diri kita,
Celalah diri kita. Dan jangan
mencela orang lain, sebab orang
yang suka mencari kesalahan orang
lain dan kemudian dia mencelanya,
maka dia adalah orang yang paling
buruk akhlaknya dan orang yang
paling busuk hatinya.
4. Anjuran untuk bergaul dengan
orang-orang sholeh, agar terhindar
dari berabagai macam fitnah dan
dosa, dan sekaligus sebagai
peringatan untuk menjauhi teman-
teman yang tidak baik, karena bisa
mempengaruhi agama seseorang,
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Seseorang itu
(terpengaruh) oleh agama
temannya”.
5. Anjuran agar selalu menuntut
ilmu dan menghadiri majlis ilmu
untuk menghilangkan kebodohan,
dan peringatan agar jangan
menjauhi majlis ilmu. Dan
ketahuilah bahwa kebodohan
sumber kehancuran dan kehinaan,
Allah subhanahu wata’ala berfirman
artinya, “Sesungguhnya binatang
(mahluk) yang seburuk-buruknya
(makhluk paling hina) pada sisi
Allah ialah orang-orang yang pekak
dan tuli yang tidak mengerti apa
pun.” (QS. Al-Anfal: 22)
6. Allah subhanahu wata’ala
mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu.
7. Keutamaan orang yang beriman
dan berilmu, sebab dia senantiasa
takut dan ingat kepada Allah
subhanahu wata’ala serta bergaul
dengan orang yang sholeh.
8. Teman sejati adalah teman yang
mengajak ke jalan Allah, yang
menghibur kita tatkala sedih, yang
menolong kita tatkala kesulitan dan
yang mengingatkan kita tatkala
lalai, yang meluruskan jalan kita
tatkala menyimpang.
9. Keutamaan mengingat surga dan
neraka, karena keduanya itu akan
menghantarkan seseorang untuk
takut kepada Allah subhanahu
wata’ala.
10. Tiada manusia yang sempurna
dan tiada manusia yang maksum
kecuali Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
11. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
adalah manusia biasa dan dia tidak
maksum karena pada saat-saat
tertentu bisa jadi lupa tentang
surga dan neraka, layaknya orang
selainnya, tapi dia punya
keutamaan yang tidak dimiliki oleh
orang lain.
12. Anjuran untuk bertanya kepada
saudaranya yang seiman tentang
keadaan dan kabarnya, agar bisa
saling berbagi dan saling mengisi
kekurangan.
13. Anjuran untuk selalu melakukan
muhasabah terhadap diri sendiri di
manapun dan kapan pun.
14. Untuk menyelesaikan suatu per-
masalahan yang tidak diketahui,
hendaklah bertanya kepada orang-
orang yang berilmu (ulama).
15. Isteri dan anak-anak terkadang
menjadi sumber fitnah yang
menimbulkan dosa, oleh karenanya
didiklah mereka agar senantiasa
sejalan dengan ajaran Islam,
menanamkan dan menumbuhkan
sikap muraqobatullah dalam setiap
tindakan.
16. Peringatan agar jangan
menjauhi masjid dan tempat-
tempat yang bisa menentramkan
hati dan mem-perbaikinya.
17. Ingatlah kepada Allah
subhanahu wata’ala di mana-pun
kita berada, di rumah atau di
luarnya, di pasar atau di jalanan, di
tengah keramaian atau sedang
sendirian.
18. Kekaguman para malaikat
kepada orang-orang yang
senantiasa ingat kepada Allah
subhanahu wata’ala, karena itu,
ingatlah selalu kepada Allah, maka
para malaikat akan kagum kepada
anda.
19. Dunia ini adalah permainan,
senda gurau dan godaan, oleh
karenanya hati-hatilah terhadap
dunia yang penuh dengan cobaan
ini.
20. Sebaik-baik perbekalan adalah
taqwa, karena itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
berpesan, “Bertaqwalah kalian di
manapun kalian berada, iringilah
kesalahan itu dengan kebaikan,
niscaya kebaikan itu akan meng-
hapuskan kesalahan, serta ber-
akhlaklah terhadap manusia dengan
akhlak yang baik.”

No comments:

Post a Comment