analyticstracking.php

Wednesday, 14 May 2014

Jadi Juragan Katering Aqiqah Bermodal Kepercayaan


Ketika seseorang memutuskan untuk
terus berusaha dan tak mudah
mengeluh, maka kesulitan dan
hambatan pun tidak akan terasa
berarti. Pantang menyerah merupakan
cara untuk membuka pintu
kesuksesan bagi seseorang. Inilah
resep yang dibagikan oleh Andi Nata
(25), seorang pengusaha muda yang
menjalankan bisnis katering akikah.

Berawal pada tahun 2007, saat itu
Sumari, ayah Andi, mengalami
kecelakaan kerja di sebuah bengkel
kayu dan harus menjalani operasi.
Keluarganya harus menyediakan dana
sebesar Rp. 30-40 juta untuk biaya
operasi.

Andi, yang ketika itu masih berstatus
mahasiswa semester dua merasa
sedikit kelimpungan mencari dana
talangan. Sebab, dana yang dimiliki
oleh keluarganya tidak mencukupi
biaya operasi. Dan otomatis jika
ayahnya berhenti bekerja, maka tak
akan ada pemasukan bagi
keluarganya.

“Waktu itu saya baru awal-awal
kuliah di UI. Untuk biaya kuliah saja
saya mengejar beasiswa. Makanya
ketika ada kejadian kecelakaan itu
saya mikirnya kuliah sambil cari duit
sebanyak-banyaknya. Apa yang bisa
jadi duit saya lakukan,” kisahnya
dikutip dari myoyeah, Rabu
(14/5/2014).

Saat itu, Andi pun rajin mengajar les,
baik di lembaga bimbingan belajar
maupun maupun secara private.
Selain itu, dia juga mengikuti
berbagai macam lomba mahasiswa,
mulai dari lomba desain hingga karya
tulis ilmiah, dan sempat beberapa kali
menang. Akan tetapi, tetap saja
penghasilannya belum cukup untuk
memenuhi biaya operasi sang ayah.
Andi pun kemudian mengutang ke
beberapa teman, bahkan hingga ke
orang tua murid untuk memenuhi
biaya operasi tersebut.

Setelah sang ayah sembuh total, Andi
berpikir untuk memberikan kegiatan
positif bagi ayahnya. Selain untuk
kesibukan bagi sang ayah, Andi
mengingat bahwa ada hutang yang
harus dia bayar kepada teman-
temannya.

Kemudian, Andi pun memutuskan
untuk beternak kambing di tanah
kelahirannya, Cirebon. Pilihannya
untuk beternak ini didasarkan pada
pengalamannya ketika belajar cara
beternak kambing di daerah Jakarta
Utara.
Kendati memiliki pengalaman
beternak kambing, Andi tidak memiliki
modal untuk memulai usaha karena
uang di tabungannya sudah terpakai
untuk biaya operasi dan berobat
ayahnya. Selanjutnya, Andi pun
mengajak temannya untuk bergabung
menjadi investor dan memulai usaha
peternakan kambing. Teman
pertamanya menyanggupi dan
kemudian memberikan dana sebesar
Rp. 8 juta.

“Waktu itu saya modal kepercayaan
dan bilang secara lisan. Tak ada
proposal maupun business plan,”
kata Andi.
Tak disangka, setelah menjalankan
bisnis peternakan kambing tersebut
banyak pihak yang tertarik untuk
menanamkan modalnya. Uniknya,
Andi mendapatkan modal dari para
investor ini tanpa mememberikan
proposal formal, hanya lewat obrolan
saja.

Dalam beberapa bulan berikutnya
Andi sudah memiliki 20 investor yang
bergabung. Dana yang dikelola
olehnya pun tidak main-main,
sebesar Rp. 200 juta. Padahal ketika
itu, status Andi masih mahasiswa
semester 4 jurusan Teknik Mesin,
Universitas Indonesia.
Moment Idul Adha merupakan masa
panen bagi bisnis peternakan
kambingnya ini. Pada tahun 2008
perputaran uangnya mencapai Rp. 200
juta, dan pada tahun berikutnya
perputaran uangnya meningkat
sebanyak tiga kali lipat. Namun hal
tersebut justru menjadi masalah bagi
dirinya.
“Pada 2009, omzet penjualan hewan
kurban mencapi Rp 600 juta. Tapi ini
justru jadi masalah. Waktu itu semua
permintaan saya sanggupi. Akhirnya
saya cari hewan kurban ke mana-
mana sampai istirahat kurang.
Setelah itu saya ambruk dan sakit dua minggu. Dari situ saya belajar bahwa kita tidak boleh rakus dalam mengejar rezeki,” tambah Andi.

Dari sinilah terbersit ide dari Andi
untuk mengembangkan bisnis dengan
penghasilan yang lebih stabil. Ketika
Idul Adha, bisnis peternakan dan
penjualan hewan memang
mendatangkan banyak keuntungan.
Namun pada bulan-bulan lain
bisnisnya tidak terlalu ramai. Dari
gurunya yang berada di Jakarta Utara,Andi mendapat masukan untuk
menjalankan bisnis katering,
khususnya akikah.
Andi pun kemudian mulai
menjalankan bisnis katering
akikahnya. Setiap harinya Andi gencar menyebar brosur, khususnya di daerah Depok dan Jakarta Selatan.
Ternyata, penghasilan dari bisnis
baru ini cukup menggembirakan,
sehingga membuat Andi semakin
bersemangat menjalankan bisnis
katering akikah ini.

Semula, Andi memesan masakan di
tempat lain. Akan tetapi, seiring
dengan meningkatnya jumlah
pesanan, Andi memutuskan untuk
mencari karyawan sendiri. Kebetulan,
kenalannya yang jago memasak juga
sedang tidak bekerja pada saat itu.
Lalu kemudian dimulailah usaha
katering ini dengan dapur yang
berlokasi di daerah Pancoran Mas,
Depok.

Saat ini, usaha katering akikahnya
sanggup menerima pesanan sekitar
200-300 kambing per bulannya.
Tingginya angka pesanan tersebut
membuat Andi memerlukan banyak
karyawan. Sekarang, usaha
kateringnya sudah memiliki 35 orang
karyawan.

Mengenai omzet, Andi tidak bercerita
dengan detail berapa jumlahnya.
Namun, ia mengatakan bahwa satu
kambing harganya berkisar antara Rp.900 ribu - 1 juta. Berarti paling tidak omzet minimalnya Rp. 200 juta.
Omzet menurun drastis ketika bulan
Ramadhan datang. “Omzetnya bisa
turun sampai 80%. Tapi memang
begitulah bisnis, ada naik turunnya.
Saya jalani saja tanpa mengeluh dan
tetap positive thinking. Yang penting
rezeki itu berkah, jadi berasa
nikmatnya,” tambah Andi.

Selain kesuksesannya dalam
menjalankan bisnis katering akikah,
sejak dua tahun yang lalu ayah tiga
anak ini juga membuka bisnis biro
perjalanan haji dan perjalanan ke luar
negeri. Namun, sekali lagi ia tak mau
membuka secara mendetail berapa
omzet yang didapat dari usaha
keduanya ini. Ia hanya mengatakan
bulan ramai biro perjalanan ini tidak
seperti bisnis katering akikahnya.
Biasanya bulan-bulan ramai untuk
bisnis biro perjalanan adalah bulan-
bulan liburan dan awal tahun.

Kesulitan yang dihadapi oleh Andi
semasa kuliah justru menjadi pemicu
baginya untuk meraih sukses.
Kesuksesannya ini juga membuat
Andi meraih berbagai penghargaan,
seperti juara Wirausaha Muda
Mandiri, Youth Start Up Icon Honda,
dan masih banyak lagi.

No comments:

Post a Comment