analyticstracking.php

Monday, 9 March 2020

ANTARA HASIL, HUKUM SEBAB-AKIBAT DAN QADHA’ ALLAH

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman, MA

Harus dipahami, bahwa pada awalnya, hasil tidak ditentukan oleh usaha pelaku. Menurut nalar, hubungan antara hukum kausalitas dengan hasil adalah hubungan yang pasti. Ini memang merupakan nalar yang tidak bisa ditolak, tetapi harus ditegaskan, di sini beberapa hal.

Iya, ada banyak masalah, betapapun telah ditempuh hukum kausalitasnya dengan sempurna, maka Anda tetap saja tidak bisa memastikannya seratus persen. Sebaliknya, begitulah semua masalah, meski dengan kadar perbedaan hukum kausalitas yang bisa ditempuh dan dilakukan. Mengapa?

Karena di sana ada faktor lain, yang tidak bisa dan tidak mungkin kita hitung dan kalkulasi. Misalnya, sakit, jelas tidak bisa kita kuasai. Meski kita tahu penyakitnya, jenis obatnya, dokter dan metode terapinya, tetapi kesembuhan, berapa lama sakitnya, dan seterusnya nyata-nyata bukan di tangan kita.

Begitu juga dengan “rencana pihak lain” atau “hambatan” yang melawan rencana kita. Meski kita sudah melakukan berbagai hukum kausalitas, sudah kita hitung semua, nyaris sempurna, yang semuanya bisa kita hitung, tetapi di sana ada faktor X, yang terkait dengan rencana pihak lain, atau hambatan yang di luar perhitungan dan kalkukasi kita, bahkan tidak bisa prediksi. Atau mungkin diprediksi sederhana, tetapi ternyata tidak sesederhana yang kita hadapai.

Masalah “Ghaib”

Pendek kata, banyak masalah ghaib, yang tidak bisa dijangkau oleh indera dan nalar manusia, atau di luar kemampuan dan kapasitasnya. Ternyata, semuanya ini bekerja untuk kepentingan kita, atau sebaliknya, merusak rencana dan tujuan kita.

Jadi, sebagaimana di sana ada hukum kausalitas, yang bisa kita rencanakan dengan sempurna, tetapi di sana juga ada faktor X, yang menjadi penghalang terwujudnya rencana kita. Karena itu, hukum kausalitas yang bisa kita kuasai harus dimaksimalkan hingga 100 persen untuk menjamin terealisasikannya hasil, sebagaimana yang kita harapkan.

Karena itu, merupakan kesalahan besar, jika tidak melakukan hukum kausalitas. Termasuk, meremehkannya, dan tidak melakukannya dengan serius dan sungguh-sungguh. Tetapi, yang harus dicatat, meski kita telah merancang atau melakukan semuanya dengan sesempurna mungkin, hasilnya tetap saja ditentukan oleh kesempurnaan hukum kausalitas itu, sebagaimana qadar Allah SWT.

Kesempurnaan ini, termasuk bagaimana menyelesaikan berbagai “halangan”, termasuk “rencana pihak lain” yang merusak rencana kita, disamping menguasai perkara dan urusan, sesungguhnya bukan di tangan manusia. Betapapun bijak, kehati-hatian, keilmuan, keahlian, kelembutan dan keluasan hatinya.

Mengapa? Karena, Allah SWT, berfirman:

(وما تشاؤون إلا أن يشاء الله)،

“Apa pun yang kamu kehendaki [tak akan pernah terwujud], kecuali apa yang Allah kehendaki.” [Q.s. At-Takwir: 29]

Artinya, betapapun maksimalnya ikhtiar kamu..

Karena, Allah juga berfirman:

(إنك لا تهدي من أحببت)،

“Kamu [Muhammad] tidak bisa memberikan petunjuk [hidayah] kepada siapa saja yang kamu cintai.” [Q.s. al-Qashash: 56]

Artinya, betapapun maksimalnya ikhtiar kamu. Betapapun upaya, manuver, dan hukum kausalitas yang sudah kamu tempuh..

Karena Allah SWT berfirman:

(وما النصر إلا من عند الله)،

“Tak ada sedikit pun kemenangan [pertolongan], kecuali [semuanya] berasal dari Allah.” [Q.s. Ali ‘Imran: 126]

Artinya, betapapun kamu sudah menyiapkan, merancang, menghitung, dan mengerahkan seluruh potensi dan kemampuan..

Semuanya ini merupakan perkara yang pasti. Namun, sebagian orang mengabaikan fakta yang qath’i ini. Mereka berusaha mengabaikan, bahkan keluar dari sini. Penyebabnya, boleh jadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap masalah ini, atau ingin membantah karena satu atau beberapa perspektif tertentu, atau boleh jadi karena kebencian yang membabi buta, sehingga membutakan dan membuat tuli mereka.

Hasil di Tangan Allah, Bukan di Tangan Kita

Semua hasil itu di tangan Allah, bukan di tangan kita. Tetapi, manusia wajib mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mewujudkan hasil, melalui berbagai hukum kausalitas yang bisa dia kuasai, dengan senantiasa bertawakal kepada Allah, terus memohon kepada-Nya, agar Allah memberikan taufik, dan menyampaikannya kepada hasil yang direncanakan.

Allah SWT berfirman:

(إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka sendiri yang harus mengubah apa yang ada di dalam diri mereka.” [Q.s. ar-Ra’d: 11]

Berdasarkan nash ini, Allah SWT yang mengubah apa yang ada di dalam diri kaum itu, dengan syarat, mereka harus mengubah apa yang ada di dalam diri mereka.

Ada pertanyaan: Apa maksudnya, Allah tidak mengubah keadaan mereka, hingga mereka sendiri yang mengubah keadaan yang ada di dalam diri mereka? Jika mereka telah mengubah apa yang ada di dalam mereka, berarti apa yang direncana pasti akan berhasil, lalu apa maknanya setelah itu, Allah akan mengubah keadaan mereka, selama mereka sendiri juga mengubahnya?

Ini menguatkan jawaban yang benar, yaitu mereka harus mengubah apa yang bisa mereka ubah dan mereka kuasai untuk mereka ubah. Tetapi tidak bisa menyentuh semuanya. Artinya, ini belum cukup untuk mengubah keadaan mereka. Maka, makna ayat ini adalah, mereka harus mengubah apa yang mampu dan mereka kuasai untuk mereka ubah. Pada saat yang sama, Allah akan mengubah apa yang tidak mereka kuasai dan di luar jangkauan mereka. Apakah mereka tahu, atau tidak. Karena itu, semua “penghalang” dan “rencana pihak lain” yang menghalangi tadi akan dihilangkan, sehingga semua hukum kausalitas tadi bisa terwujud, dan hasilnya persis seperti yang diharapkan. 

Nah, nash-nash yang menjelaskan mengenai masalah ini banyak sekali. Tetapi, sebagian orang tidak bisa memahaminya dengan tepat. Terkadang sebagian orang ditunggangi nalarnya, atau dikendalikan oleh hawa nafsunya. Maka, saya berlindung kepada kepada Allah dari hal-hal yang keliru ini.

اللهم أرِنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه.

Ya Allah, tunjukkanlah yang haq itu haq, dan anugerahkanlah kepada kami untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah yang batil itu batil, serta anugerahkanlah kepada kami untuk menjauhinya.

Amin ya Mujibas Sailin

No comments:

Post a Comment