analyticstracking.php

Monday, 4 August 2014

Si Pemulung Sukses dengan Shalat Taubat


Wahyu Samudra, lahir dari keluarga miskin di
sebuah desa pedalaman Surabaya, la biasa
dipanggil Wahyu. Kondisi keluarga yang miskin
membuatnya tidak memiliki pendidikan sekolah
yang memadai, la hanya mampu menamatkan
sekolah hingga tingkat SMP saja. Hal ini masih
beruntung dari dibandingkan beberapa teman
lainnya yang sama sekali tidak bisa sekolah.
Wahyu sangat sedih, karena ia tahu tidak bisa
melanjutkan sekolahnya, yang ia cita-citakan ke
jenjang yang lebih tinggi. Di usianya yang masih
sangat muda, ia justru harus kehilangan kedua
orang tuanya yang meninggal dunia. Maka, sejak
itulah, Wahyu menjadi anak yang tidak hanya
kehilangan kasih sayang dari kedua orang
tuanya, tetapi juga tidak mendapatkan akses
biaya untuk melanjutkan sekolahnya, sebuah
keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap anak,
apalagi pada saat itu ia masih belum stabil.
Wahyu tidak mempunyai pilihan agar ia bisa
tetap hidup, terpaksa ia ikut orang merantau ke
beberapa kota, meskipun tugasnya hanyalah
menjadi kacung. Mungkin tidak tahan terus-
menerus selalu disuruh-suruh, ia memilih
pulang ke kampung halamannya. Setelah pulang
kembali ke kampung halamannya, ia memilih
profesi menjadi seorang pemulung. Mungkin
itulah satu-satunya pekerjaan yang menurutnya
pantas dilakukan oleh orang miskin seperti
dirinya. Tidak mungkin ia berharap mendapat
pekerjaan yang lebih baik mengingat dirinya
hanyalah anak lulusan SMP.
Rumahnya yang berada di kawasan kumuh, dan
hanya berjarak sekitar 600 meter dari tempat
pembuangan sampah, menjadi alasan yang logis
bagi Wahyu untuk melakoni pekerjaan itu. Maka,
sejak hari itu ia memulai pekerjaannya sebagai
pemulung.
Keseharian Wahyu sebagai pemulung adalah
mengais sampah, mengumpulkan barang bekas
lainnya, seperti plastik, kardus, dan beberapa
barang bekas lainnya yang bisa ia manfaatkan.
Dengan penuh ketekunan dan kesabaran
sembari ia berharap dari pekerjaan itulah ia
dapat mengais rezeki dari Allah Swt. Setelah
terkumpul, ia lalu menjualnya ke pengepul.
Begitulah kehidupan Wahyu. Ada sedikit
kelegaan karena dengan demikian, ia bisa
bertanggung jawab terhadap kehidupannya.
Waktu berjalan begitu cepat. Roda kehidupan
terus berputar menyeret berbagai misteri yang
tidak dapat di tebak oleh manusia. Wahyu
adalah bagian dari perjalanan waktu tersebut.
Meskipun bekerja sebagai seorang pemulung, ia
tidak pernah mengeluh, putus asa, dan tak lelah
berdoa.
Sebisa mungkin ia berusaha menguatkan
imannya, menjaga ibadahnya, dan yang tak
kalah penting ia amalkan ialah shalat Taubat.
Ya, shalat Taubat mengiringi perjalanan Wahyu.
Lalu apa yang terjadi pada Wahyu kemudian?
Subhanallah, Roda kehidupan Wahyu yang
berjalan menuju perubahan itu lambat laun
mulai terasa, tepatnya ia berkenalan di dunia
bisnis kecil-kecilan pada tahun 1994. Terlepas
dari berbagai kelebihan dan kekurangan, dengan
segala perjuangan keras yang Wahyu lakukan
untuk merintis bisnis ini, yang jelas Wahyu bisnis
yang ditekuni bisa memberikan penghasilan
yang sangat baik bagi Wahyu. Bahkan, lebih dari
yang ia bayangkan.
Setelah yakin dengan pilihannya, Wahyu pun
terjun dengan total dalam bisnis. la ikut
berbagai macam training yang bisa memberikan
banyak ilmu untuk bisnisnya. Dari mengikuti
training itulah, muncul keyakinan kuat dalam
diri Wahyu. Meskipun demikian, ia tidak pernah
melupakan kebiasaannya melakukan shalat
Taubat.
Sedikit demi sedikit, semua yang Wahyu lakukan
mulai menampakkan hasil yang gemilang. Jika
pada awainya ia hanya membuka satu warung
(bisnis kelontong), saat ini telah membuka dua
sekaligus, bahkan ia membutuhkan 2 karyawan
karena tidak bisa menjalankan bisnisnya sendiri.
Setelah itu, ia membuka dua warung lagi.
Meskipun tergolong bisnis kecil-kecilan, tetapi 5
unit warung yang telah menjadi bukti
perkembangan bisnis Wahyu.
Puncaknya, Wahyu berinisiatif untuk membuat
sebuah mini market dan swalayan. Dengan kerja
keras dan doa yang selalu "menggema" dalam
hatinya, ia memberanikan diri untuk membuka
mini market dengan sebagian modal pinjaman
dari bank. Akhirnya,terwujudlah"Swalayan
Wahyu" yang menjadi satu-satunya swalayan
terlengkap dan besar di sekitar kecamatan
tempat ia tinggal. Subhanallah!
Sumber: Kisah kisah Ajaib Pengubah Hidup,
Karya: Ustadz Amrin Ali Hasan

No comments:

Post a Comment