analyticstracking.php

Sunday, 4 May 2014

Renungan | Mata dan Hati

Mata adalah penuntun, dan hati
adalah pendorong dan penuntut.
Mata memiliki kenikmatan
pandangan dan hati memiliki
kenikmatan pencapaian. Keduanya
merupakan sekutu yang mesra
dalam setiap tindakan dan amal
perbuatan manusia, dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan
yang lain.

Ketika seseorang memiliki niat
untuk melakukan sesuatu yang
muncul dari dalam hati, maka dia
memerlukan mata sebagai
penuntunnya. Untuk melihat,
mengamati, dan kemudian otak ikut
bekerja untuk mengambil
keputusan.

Bila seseorang memiliki niat untuk
melakukan amal yang baik, maka
mata menuntunnya kearah yang
baik pula. Dan bila seseorang
berniat melakukan suatu perbuatan
yang tidak baik, maka mata akan
menuntunnya kearah yang tidak
baik pula.

Sebaliknya bisa pula terjadi, ketika
mata melihat sesuatu yang menarik,
lalu melahirkan niatan untuk
memperoleh kenikmatan dari hal
yang dilihatnya, maka hati akan
mendorong mata untuk menjelajah
lebih jauh lagi, agar dia
memperoleh kepuasan dalam
memandangnya. Sehingga Allah
SWT memberikan kepada kita
semua rambu-rambu yang sangat
antisipatif, yaitu perintah untuk
menundukkan pandangan:
“Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka
perbuat”.

“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya.” (QS. An
Nuur: 30-31)

Demikianlah hal yang terjadi,
sehingga ketika manusia terpuruk
dalam kesesatan, maka terjadilah
dialog antara mata dan hati, seperti
yang dituturkan oleh seorang
ulama besar Ibnu Qoyyim Al-
Jauziyyah dalam bukunya “Taman
Orang-orang Jatuh Cinta dan
Memendam Rindu”.
Hati berkata kepada Mata
Kaulah yang telah menyeretku
kepada kebinasaan dan
mengakibatkan penyesalan karena
aku mengikutimu beberapa saat
saja. Kau lemparkan kerlingan
matamu ke taman itu, kau mencari
kesembuhan dari kebun yang tidak
sehat, kau salahi firman Allah,
“Hendaklah mereka menahan
pandangannya”, kau salahi sabda
Rasulullah Saw, “Memandang
wanita adalah panah beracun dari
berbagai macam panah Iblis.
Barangsiapa meninggalkannya
karena takut kepada Allah Azza wa
Jalla, maka Allah akan memberi
balasan iman kepadanya, yang akan
didapati kelezatannya di dalam
hatinya”. (H.R. Ahmad)

Sanggahan Mata terhadap Hati
Kau zhalimi aku sejak awal hingga
akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir
dan batin. Padahal aku hanyalah
utusanmu yang selalu taat dan
penuntun yang menunjukkan jalan
kepadamu. Engkau adalah raja yang
ditaati. Sedangkan kami hanyalah
rakyat dan pengikut. Untuk
memenuhi kebutuhanmu, kau
naikkan aku ke atas kuda yang
binal, disertai ancaman dan
peringatan. Jika kau suruh aku
untuk menutup pintuku dan
menjulurkan hijabku, dengan
senang hati akan kuturuti perintah
itu. Jika engkau memaksakan diri
untuk menggembala di kebun yang
dipagari dan engkau mengirimku
untuk berburu di tempat yang
dipasangi jebakan, tentu engkau
akan menjadi tawanan yang
sebelumnya engkau adalah seorang
pemimpin, engkau menjadi buidak
yang sebelumnya engkau adalah
tuan. Yang demikian itu karena
pemimpin manusia dan hakim yang
paling adil, Rasulullah Saw, telah
membuat keputusan bagiku atas
dirimu, dengan bersabda:
“Sesungguhnya di dalam tubuh itu
ada segumpal darah. Jika ia baik,
maka seluruh tubuh akan baik pula,
dan jika ia rusak, rusak pula
seluruh tubuh. Ketahuilah,
segumpal darah itu adalah
hati.” (H.R. Bukhori Muslim dan
lainnya).

Abu Hurairah Ra. Berkata, “Hati
adalah raja dan seluruh anggota
tubuh adalah pasukannya. Jika
rajanya baik, maka baik pula
pasukannya. Jika raja buruk, buruk
pula pasukannya”. Jika engkau
dianugerahi pandangan, tentu
engkau tahu bahwa rusaknya para
pengikutmu adalah karena
kerusakan dirimu, dan kebaikan
mereka adalah karena kebaikanmu.
Jika engkau rusak, rusak pula para
pengikutmu. Lalu engkau lemparkan
kesalahanmu kepada mata yang tak
berdaya. Sumber bencana yang
menimpamu adalah karena engkau
tidak memiliki cinta kepada Allah,
tidak menyukai dzikir kepada-Nya,
tidak menyukai firman, ‘asma dan
sifat-sifat-Nya. Engkau beralih
kepada yang lain dan berpaling
dari-Nya. Engkau berganti
mencintai selain-Nya.

Demikianlah, mata dan hati,
sepasang sekutu yang sangat
serasi. Bila mata digunakan dengan
baik, dan hati dikendalikan dengan
keimanan kepada Allah SWT, maka
kerusakan dan kemungkaran
dimuka bumi ini tak akan terjadi.
Namun bila yang terjadi adalah
sebaliknya, maka kerusakan dan
bala bencanalah yang senantiasa
menyapa kita.

Robb, bimbinglah kami, agar kami
mampu mengendalikan hati kami
dengan keimanan kepada-Mu,
mengutamakan cinta kepada-Mu,
dan tidak pernah berpaling dari-
Mu.

Allaahumma ‘aafinii fii badanii,
Allaahumma ‘aafiniifii sam’ii,
Allaahumma ‘aafinii fii bashorii.
Aamiin.

Ya Allah, sehatkanlah badanku,
sehatkanlah pendengaranku,
sehatkanlah penglihatanku.

No comments:

Post a Comment