analyticstracking.php

Saturday, 24 May 2014

Mimpi basah ketika puasa


Puasanya tidak batal. Berikut fatwa
Al-Lajnah Ad-Daimah,
ﻣﻦ ﺍﺣﺘﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ ﺃﻭ ﻣﺤﺮﻡ ﺑﺎﻟﺤﺞ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﻤﺮﺓ
ﻓﻠﻴﺲ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﺛﻢ ﻭﻻ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﻭﻻ ﻳﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺻﻴﺎﻣﻪ
ﻭﺣﺠﻪ ﻭﻋﻤﺮﺗﻪ، ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ
ﺃﻧﺰﻝ ﻣﻨﻴﺎ
Barang siapa yang mimpi basah
sedangkan ia dalam keadaan puasa,
berihram, haji atau umrah maka
tidak ada dosa dan kafarah baginya
dan tidak berpengaruh terhadap
puasa, haji dan umrahnya. Wajib
baginya mandi janabah jika telah
keluar mani.[2]
Keluar Mani ketika puasa
Jika mani keluar karena ingin
melampiaskan syahwat seperti
jima’, mencium istri, mencumbu
atau melihat wanita dengan
berulang-ulang. Maka pendapat
terkuat adalah membatalkan puasa.
Karena hakikat puasa adalah
meninggalka syahwat
Syaikh Muhammad shalih Al-
Munajjid hafidzahullah berkata,
ﻭﺍﻟﺘﺴﺒﺐ ﻓﻲ ﺇﻧﺰﺍﻝ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﻣﻦ ﻣﻔﺴﺪﺍﺕ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ
ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺟﺎﻣﻊ ﺃﻭ ﻗَﺒَّﻞ ﺃﻭ ﺑﺎﺷﺮ ، ﺃﻭ ﻛﺮﺭ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ
ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﺄﻧﺰﻝ ﻣﻨﻴﺎ ، ﻓﻴﻔﺴﺪ ﺻﻮﻣﻪ
“Melakukan sebab keluarnya mani
merupakan pembatal puasa seperti
berjima’, mencium, mencumbu atau
melihat wanita berulang-ulang.
Kemudian keluar mani maka
puasanya batal.”[3]
Adapun jika tidak ada keinginan,
mani keluar sendiri maka tidak
membatalkan.
Pertanyaan:
ﺱ: ﺃﺷﻜﻮ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﺍﻟﻤﻨﻮﻱ ﻓﻲ ﺃﻳﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ
ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﺑﺪﻭﻥ ﺃﻱ ﺍﺣﺘﻼﻡ ﺃﻭ ﻣﻤﺎﺭﺳﺔ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ
ﺍﻟﺴﺮﻳﺔ ﻓﻬﻞ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺗﺄﺛﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻮﻡ؟ ﺃﻓﻴﺪﻭﻧﺎ
ﺃﻓﺎﺩﻛﻢ ﺍﻟﻠﻪ .
Saya punya keluhan yaitu keluarnya
mani pada bulan Ramadhan ketika
puasa tanpa mimpi dan tanpa
melakukan onani apakah ini ada
pengaruhnya terhadap puasa saya?
ﺝ: ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﻛﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﺈﻥ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﻣﻨﻚ
ﺑﺪﻭﻥ ﻟﺬﺓ ﻓﻲ ﻧﻬﺎﺭ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻻ ﻳﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺻﻴﺎﻣﻚ
ﻭﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ .
Jika perkaranya sebagaimana yang
disebutkan maka keluarnya mani
tanpa ada rasa nikmat pada siang
hari bulan Ramadhan tidak
berpengaruh terhadap puasamu dan
tidak wajib bagi engkau
mengqhada.[4]
Keluar madzi ketika puasa
Adapun madzi maka tidak
membatalkan puasa.
Ibnu Qudamah Rahimahullah
berkata,
ﻭﺫﻫﺐ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻤﺬﻱ
ﻻ ﻳﻔﻄﺮ ﺑﻪ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺳﻮﺍﺀ ﻧﺰﻝ ﺑﻤﺒﺎﺷﺮﺓ ﺃﻡ ﺑﻐﻴﺮﻫﺎ ،
ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻤﻔﺴﺪ ﻟﻠﺼﻴﺎﻡ ﻫﻮ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﻻ ﺍﻟﻤﺬﻱ .
“Abu Hanifah dan As-Syafi’i
berpendapat bahwa keluarnya
madzi tidak membatalkan puasa
secara mutlak baik dengan cara
mencumbu atau yang lain yang
membatalkan adalah keluarnya mani
bukan madzi.”[5]
Syaikh Abdul Aziz bn Baz
rahimahullah berkata,
ﺧﺮﻭﺝ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﻻ ﻳﺒﻄﻞ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻲ ﺃﺻﺢ ﻗﻮﻟﻲ
ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ؛ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﺑﺴﺒﺐ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ،
ﺃﻭ ﻣﺸﺎﻫﺪﺓ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻓﻼﻡ ، ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻳﺜﻴﺮ
ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ
“keluarnya madzi tidak
membatalkan puasa menurut
pendapat yang shahih dari dua
pendapat ulama. Sama saja apakah
sebabnya mencium istri atau
melihat film atau yang lainnya yang
bisa membangkitkan syahwat.”[6]
Keluar wadi ketika puasa
Ini juga tidak membatalkan puasa.
Berikut fatwa dari Al-Lajnah Ad-
Daimah,
: ﺧﺮﻭﺝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻠﺰﺝ ﺍﻟﻐﻠﻴﻆ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﺑﺪﻭﻥ ﻟﺬﺓ
ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻴﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺫﻟﻚ ﻭﺩﻱ ﻭﻻ ﻳﻔﺴﺪ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﻻ
ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻣﻨﻪ ﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺀ
ﻭﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻭﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﺃﻧﻚ ﻟﻢ ﺗﻔﻄﺮ ﻭﻟﻢ ﺗﻨﻮ ﺍﻹﻓﻄﺎﺭ
ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻐﺮﻭﺏ ﻓﺈﻥ ﺻﻴﺎﻣﻚ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻚ
ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ
Keluarnya cairan yang kental dan
tebal setelah kencing tanpa rasa
nikmat bukanlah mani, itu adalah
wadi. Ini tidak membatalkan puasa,
tidak wajib mandi janabah. Yang
menjadi kewajiban adalah
membersihkan (istinja’) dan wudhu.
Selama engkau belum berbuka dan
belum berniat berbuka sebelum
tenggelamnya matahari, maka
puasamu sah dan tidak wajib
bagimu mengqhada.[7]
Demikian pembahasan singkat ini
semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment