- Alhamdulillah ...ketika
saya jalan-jalan di dunia maya saya
mendpatkan konten yang menurut
saya sangat baik untuk kita baca
dan kita renungkan, apa salahnya
kita berbagi ilmu walaupun hasil
orang lain yang penting kita bisa
mendapat hikmahnya dari ilmu
tersebut ,kebetulan bulan ini bulan
Romadhon mari kita manfaatkan
bulan romadhon ini sebaik mungkin
siapa tahu ini romadhon yang
terakhir untuk kita.
Menahan haus dan lapar sebulan
penuh merupakan ujian yang harus
dijalani saat bulan Ramadhan.
Tentunya ini bukan hanya sekedar
membuat kita menjadi tahu rasanya
lapar dan haus, melainkan membuat
organ-organ yang ada di tubuh kita
menjadi jauh lebih sehat.
Bayangkan, sama halnya dengan
mesin yang terus bergerak tanpa
henti, lama-kelamaan mesin itu
akan panas dan kinerjanya akan
menurun, tapi lain halnya jika
diistirahatkan meski hanya sejenak.
Begitupun juga dengan sistem
pencernaan di tubuh kita. Mereka
juga membutuhkan waktu untuk
beristirahat. Nah, puasa inilah yang
memberikan waktu mereka untuk
beristirahat.
Jika kalian ingin mengetahui apa
makna sebenarnya dari berpuasa,
cobalah kalian belajar dari pohon
jati. Setiap tahun, pohon jati selalu
berpuasa dengan caranya sendiri
yang mungkin sangat jauh dari
yang kita bayangkan. Silahkan
disimak kisahnya berikut ini:
Alkisah, ketika kuda masih jadi
satu-satunya alat transportasi dan
banyak orang yang masih memilih
berpergian ke tempat yang jauh
dengan berjalan kaki, demikian pula
yang dilakukan oleh kedua
pengelana ini. Yang satu
janggutnya panjang memutih dan
pria satunya masih muda berbadan
tegap. Mereka adalah guru dan
murid yang melintasi hutan-hutan
di pulau Jawa.
Berbulan-bulan mereka berjalan
melewati hutan dan perkebunan.
Sampai suatu saat perjalanan
membawa mereka kembali berada di
sebuah hutan jati. Cuaca sangat
panas, rasa haus dan lapar lebih
cepat terasa.
Sang murid melihat pohon-pohon
jati yang meranggas kering.
Pohon-pohon jati itu melepaskan
dedaunannya. Daun-daun
kecoklatan terbang dan terhempas
ringan di atas tanah. Lantai hutan
jati terlihat penuh dengan daun
lebar kering berwarna coklat muda
yang berserakan.
Penuh rasa penasaran, sang murid
pun bertanya pada gurunya, ”Guru,
dua bulan lalu, kita pernah
melintasi hutan jati di tempat lain.
Waktu itu kita merasakan kesejukan
dibawah naungan pepohonan jati
dengan daun hijaunya yang segar
dan bunga-bunganya yang sedang
mekar. Kali ini, hampir tak ada
daun yang melekat di ranting
pepohonan ini. Apa jati ini harus
menggugurkan daunnya setiap
tahun guru?”
”Kemarau dengan panas yang terik
dan air dari langit yang tertahan,
mengharuskan jati melewati hari
harinya dengan melepas
dedaunannya. Begitulah jati
menempa dirinya muridku,” jawab
sang guru singkat.
”Bagaimana caranya jati bisa
tumbuh dan berkembang tanpa
daun. Bukankah daun sangat
penting untuk menyerap matahari
dan menguapkan air bagi
tumbuhan. Mereka bisa mati kalau
begitu terus, Guru?” sang murid
mendesak gurunya untuk
menjelaskan.
Sang guru kemudian menjawab rasa
penasaran muridnya, ”Itulah hikmah
yang Tuhan berikan melalui pohon
jati. Meski tanpa daun, pohon jati
justru sedang menempa dirinya
menjadi salah satu pohon terbaik di
bumi ini. Dia takkan mati. Ia bahkan
sedang ”berpuasa” untuk tidak
berkembang secara kasat mata. Ia
sedang menempa dirinya untuk
sanggup bertahan dengan ujian
kekurangan air dan panasnya
cuaca. Ia melewati ujian itu sambil
mengugurkan masalah yang ada di
daun dan memperbaiki kulitas kayu
di batangnya.”
”Menggugurkan masalah? Artinya
daun-daun itu kalau terus ada dan
bekerja di musim kemarau bisa
mengganggu pertumbuhan pohon
karena boros air. Nantinya bagian
pohon lain seperti batang dan akar
bisa terganggu ya, Guru?”
”Benar sekali muridku. Sama halnya
dengan tubuh kita. Pada saatnya
kita harus mengistirahatkan
anggota badan kita seperti perut
untuk mengurangi kerjanya. Itu
sangat diperlukan agar bagian lain
dari diri kita berfungsi lebih
optimal. Misalnya, saat perut
beristirahat mengolah makanan,
bagian tubuh lain khususnya
pikiran dan jiwa kita bisa lebih
optimal bekerja. Bukankah perut
kita adalah salah satu sumber
munculnya penyakit," papar sang
guru menjelaskan kearifan alam
yang diamatinya.
Sambil melewati daun-daun kering
yang jatuh, suara dedaunan itu
berderak memecah kesunyian saat
terinjak kaki kedua pengelana itu.
Sesaat, sang guru berhenti dan
menepuk punggung muridnya,
"Muridku, daun-daun ini bisa kita
ibaratkan sebagai dosa-dosa kita.
Saat kita mau berkorban untuk
menahan diri dan bertahan dari
ujian, Tuhan akan memberi kita
karunia-Nya berupa bergugurannya
dosa-dosa kita. Pada saat dosa-
dosa itu berlepasan dalam diri kita,
maka hidup ini jadi lebih tenang
dan bahagia. Bahagia itulah
kualitas tertinggi yang diraih
manusia dan sekaligus karunia
dari-Nya. Kamu ingin hidup
bahagia kan muridku?"
”Eh iya guru, pasti. Makanya kita
harus segera sampai di kampung
agar tenang, tidak kepanasan
begini Guru”
”Kamu masih puasa, kan? Jangan
kalah sama pohon Jati yang
puasanya lebih panjang dari kita,”
canda Sang Guru
”Hahaha...” sang guru dan murid
tertawa. Mereka senang, mereka
mendapatkan kearifan hidup dari
gugurnya dedaunan pohon Jati.
Makna puasa yang sesungguhnya,
telah diajarkan oleh pohon Jati
kepada mereka.
Kepada kita semua.
Nah, apakah kalian akan menyerah
kalah sama pohon Jati yang
puasanya ternyata lebih panjang
dari puasa kita? Jika tidak,
insyaAllah, kebahagiaan menanti
kita di hari kemenangan.
Amiin..Subhaanalloh.....
Pengertian islam,artikel islam,dunia islam,suara islam,berita islam,sumber hukum islam,pendeta masuk islam
analyticstracking.php
Friday, 30 May 2014
Mengambil Hikmah Puasa Dari Pohon Jati
Labels:
Belajar Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment