analyticstracking.php

Saturday, 26 April 2014

Renungan Nasehat | Sifat lembut dan Menahan Amarah

Kelemahlembutan adalah akhlak
mulia. Ia berada diantara dua
akhlak yang rendah dan jelek, yaitu
kemarahan dan kebodohan. Bila
seorang hamba menghadapi
masalah hidupnya dega kemarahan
dan emosional, akan tertutuplah
akal dan pikirannya yang akhirnya
menimbulkan perkara-perkara yang
tidak diridhoi Allah ta’ala dan
rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut
menyelesaikan masalahnya dengan
kebodohan dirinya, niscaya ia akan
dihinakan manusia. Namun jika
dihadapi dengan ilmu dan
kelemahlembutan, ia akan mulia di
sisi Allah ta’ala dan makhluk-
makhluknya.
Orang yang memiliki akhlak lemah
lembut, insya Allah akan dapat
menyelesaikan problema hidupnya
tanpa harus merugikan orang lain
dan dirinya sendiri.
Melatih diri untuk dapat memiliki
akhlak mulia ini dapat dimulai
dengan menahan diri ketika marah
dan mempertimbangkan baik
buruknya suatu perkara sebelum
bertindak. Karena setiap manusia
tidk pernah terpisahkan dari
problema hidup, jika ia tidak
membekali dirinya dengan akhlak
ini, niscaya ia gagal untuk
menyelesaikan problemanya.
Demikian agungnya akhlak ini
sehingga rasullah memuji
sahabatnya Asyaj Abdul Qais
dengan sabdanya :
“Sesungguhnya pada dirimu ada
dua perangai yang dicintai Allah
yakni sifat lemah lembut (sabar)
dan ketenangan (tidak tergesa-
gesa)”. (HR. Muslim)
Akhlak mulia ini terjadang
diabaikan oleh manusia ketika
amarah telah menguasai diri
mereka, sehingga tindakannya pun
berdampak negatif bagi dirinya
ataupun orang lain.
Padahal rasulullah sudah
mengingatkan dari sifat marah yang
tidak pada tempatnya, sebagaimana
beliau bersabda kepada seorang
sahabat yang meminta nasehat :
“ Janganlah kamu marah.” Dan
beliau mengulanginya berkali-kali
dengan bersabda : “Janganlah
kamu marah”. (HR. Bukhari). dari
hadits ini diambil faedah bahwa
marah adalah pintu kejelekan, yang
penuh dengan kesalahan dan
kejahatan, sehingga rasulullah
mewasiatkan kepada sahabatnya
itu agar tidak marah. Tidak berarti
manusia dilarang marah secara
mutlak. Namun marah yang dilarang
adalah marah yang disebabkan oleh
hawa nafsu yang memancing
pelakunya bersikap melampaui
batas dalam berbicara, mencela,
mencerca, dan menyakiti
saudaranya dengan kata-kata yang
tidak terpuji, yang mana sikap ini
menjauhkannya dati
kelemahlembutan.
Didalam hadits yang shahih
Rasulullah shalallahu ‘alahi wa
sallam bersabda : “ Bukanlah
dikatakan seorang yang kuat itu
dengan bergulat, akan tetapi orang
yang kuat dalam menahan dirinya
dari marah”. (Muttafaqqun’alahi).
Ulama telah menjelaskan berbagai
cara menyembuhkan penyakit
marah yang tercelah yang ada pada
seorang hamba, yaitu :
1. Berdoa kepada Allah, yang
membimbing dan menunjuki
hamba-hambaNya ke jalan yang
lurus dan menghilangkan sifat-sifat
jelek dan hina dari diri manusia.
Allah ta’alah berfirman : “ Berdoalah
kalian kepadaku niscaya akan aku
kabulkan.” (Ghafir: 60)
2. Terus-menerus berdzikir pada
Allah seperti membaca Al-Quran,
bertasbih, bertahlil, dan istigfar,
karena Allah telah menjelaskan
bahwa hati manusia akan tenang
dan tenteram dengan mengingat
Allah. Allah berfirman : “Ingatlah
dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram” ( Ar-Ra’d : 28)
3. Mengingat nash-nash yang
menganjurkan untuk menahan
marah dan balasan bagi orang-
orang yang mampu manahan
amarahnya sebagaimana sabda
nabi shalallahu ‘alaihi wasallam : “
Barangsiapa yang menahan
amarahnya sedangkan ia sanggup
untuk melampiaskannya, (kelak di
hari kiamat) Allah akan
memanggilnya di hadapan para
makhluq-Nya hingga menyuruhnya
memilih salah satu dari bidadari
surga, dan menikahkannya dengan
hamba tersebut sesuai dengan
kemaunnya “ (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani, lihat shahihul jami’ No.
6398).
4. Merubah posisi ketika marah,
seperti jika ia marah dalam keadaan
berdiri maka hendaklah ia duduk,
dan jikalau ia sedang duduk maka
hendaklah ia berbaring,
sebagaimana sabda rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam :
“ Apabila salah seorang diantara
kalian marah sedangkan ia dalam
posisi berdiri, maka hendaklah ia
duduk. Kalau telah reda/hilang
marahnya (maka cukup dengan
duduk saja), dan jika belum
hendaklah ia berbaring.” (Al-
Misykat 5114).
5. Berlindung dari setan dan
menghindar dari sebab-sebab yang
akan membangkitkan
kemarahannya.
Demikianlah jalan keluar untuk
selamat dari marah yang tercela.
Dan betapa indahnya perilaku
seorang muslim jika dihiasi dengan
kelemahlembutan dan kasih
sayang, karena tidaklah
kelemahlembutan berada pada
suatu perkara melainkan akan
membuatnya indah. Sebaliknya bila
kebengisan dan kemarahan ada
pada suatu urusan niscaya akan
menjelekkannya. Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam
bersabda : “ Tidaklah
kelemahlembutan itu berada pada
sesuatu kecuali akan membuatnya
indah, dan tidaklah kelembutan itu
dicabut kecuali akan
menjadikannya jelek.” (HR. Muslim)
.

No comments:

Post a Comment